Minggu, 02 Juli 2017

TESTIMONI SETELAH UTS

TESTIMONI MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN SETELAH UTS

Halo semuanya.....
Hari ini saya akan membuat testimoni selama mengikuti mata kuliah Psikologi Pendidikan setelah UTS. Sebelumnya saya akan memperkenalkan diri dulu,
Nama : Shyntia Eka Putri Pasaribu
Nim    : 161301073
Kelas  : Psikologi Pendidikan (A)
Saya sangat senang dapat mempelajari mata kuliah psikologi pendidikan di semester dua ini. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa psikologi pendidikan merupakan cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Dari defenisi nya saja sudah dapat kita ketahui bahwa mata kuliah psikologi pendidikan ini sangat menyenangkan. Banyak wawasan dan pengalaman yang saya dapat melalui mata kuliah ini.
Oh ya, dosen-dosen yang mengajar juga sangat asik, ramah, lemah lembut dan baik semua loh. Saya sempat bingung dan bertanya, kenapa yah dosen-dosen yang ngajar kami di mata kuliah ini orangnya sangat lembut dan baik? Ternyata selama mempelajari mata kuliah psikologi pendidikan di semester dua ini telah menjawab pertanyaan saya. Ternyata pengajaran yang efektif kepada pelajar atau seperti kami mahasiswa-mahasiswi ini adalah dengan cara dosen yang mengajar dengan baik dan lembut. Sehingga kami akan lebih menyenangi mata kuliah ini dan juga tidak mengalami kebosanan.
Terimaksih kepada ibu dosen yang mengajar kami selama satu semester ini dan terutama untuk dosen yang mengajar setelah UTS sampai habis semester dua ini. 😊

Posted on by tyaputriliebe.blogspot.com | No comments

Kamis, 15 Juni 2017

RESUME 6 MATERI PSIKOLOGI PENDIDIKAN SETELAH UTS

PEDAGOGI DAN ANDRAGOGI
Ø  Pedagogi. Kata pedagogi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu Paidagogeo ; pais (anak), agi (membimbing). Secara literal berarti “membimbing anak”. Jadi, Pedagogi merupakan ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru atau ilmu/seni untuk mengajar anak-anak. Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran.

Ø  Andragogi. Kata Andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883. Andragogi berasal dari bahasa Yunani yaitu Andra yang berarti orang dewasa, dan Agogos yang berarti memimpin. Jadi, Andragogi merujuk pada ilmu atau seni mendidik orang dewasa.
Penerapan pedagogi dalam pembelajaran pendidikan kesetaraan merujuk pada Soetarlinah (1993) dan Lunandi (1987) membelajarkan anak (pedagogi) lebih banyak upaya mentransmisikan sejumlah pengalaman dan keterampilan dalam rangka mempersiapkan anak untuk menghadapi kehidupan di masa depan. Objek yang ditransmisikan di dasarkan pertimbangan peserta didik sendiri, apakah hal tersebut akan bermanfaat bagi peserta didik di masa mendatang (Soetarlinah, 1993). 
Meminjam istilah Rogers dalam Knowles (1970), kegiatan pembelajaran andragogi pada pendidikan luar sekolah bertujuan mengantarkan individu untuk menjadi pribadi atau menemukan jati dirinya. Belajar merupakan process of  becoming a person. Bukan proses pembentukan atau process of being shaped, yaitu proses pengendalian dan manipulasi untuk sesuai dengan orang lain. Menurut Maslow (1966), belajar merupakan proses untuk mencapai aktualisasi diri (self-actualization).
Andragogi merupakan pembelajaran yang berfokus pada peserta, yang apabila dibandingkan dengan pedagogi yang berfokus pada guru. Lebih lanjut lagi, berdasarkan sumber tersebut, perbedaan mendasar antara andragogi apabila dikaitkan dengan pedagogi adalah berdasarkan asumsi bahwa peserta didik yang lebih tua dan/atau matang sebagai klien menekankan pada pengetahuan dan keterampilan yang relevan, dimana peran pengajar lebih kepada mendukung pembelajaran daripada mengajar atau dengan kata lain, pedagogi dapat dianggap sebagai pembelajaran di kampus, sedangkan
Andragogi dapat diartikan sebagai pembelajaran terbuka di luar kampus.  Dari pernyataan mengenai peserta didik yang lebih tua dan/atau matang dalam andragogi, tentunya akan memunculkan pertanyaan, apakah yang dimaksud dengan peserta didik yang lebih tua dan/atau matang tersebut. Lindeman dalam Peterson & Ray (2013) kemudian mendefinisikan ciri-ciri pembelajar dewasa, yaitu mengikuti kegiatan belajar secara sukarela, menghargai manfaat intrinsik pembelajaran, dan belajar berdasarkan kebutuhan dan permasalahan mereka dibandingkan dengan berfokus pada subjek tertentu, dan sebagai tambahan, Lindeman menyatakan bahwa pembelajar dewasa berkembang dengan pembelajaran kolaboratif dan pengalaman hidup mereka berkontribusi pada proses pembelajaran. 

v  Perbedaan mendasar antara pedagogi dan andragogi adalah dalam konteks pedagogi, pendidikan atau belajar adalah mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, sedangkan dalam andragogi lebih menekankan kepada menumbuhkan dorongan dan minat untuk belajar secara mandiri.

No
Andragogi
Pedagogi
1
Pembelajar disebut “peserta didik”/ “warga didik”
Pembelajar disebut “siswa”/ “naka didik”
2
Gaya belajar independen
Gaya belajar dependen
3
Tujuan fleksibel
Tujuan ditentukan sebelumnya
4
Menggunakan metode pelatihan aktif
Metode pelatihan pasif, seperti metode ceramah.
5
Pembelajaran mempengaruhi waktu dan kecepatan
Guru mengontrol waktu dan kecepatan
6
Belajar berpusat pada masalah kehidupan nyata
Belajar berpusat padaisu atau pengetahuan teoritis
7
Peserta dianggap sebagai sumberdaya utama untuk ide-ide dan contoh
Guru sebagai sumber utama yang memberikan ide-ide dan contoh
8
Diasumsikan bahwa peserta didik memiliki pengalaman untuk berkontribusi
Diasumsikan bahwa siswa tidak berpengalaman dan/atau kurang informasi
9
Keterlibatan atau kontribusi peserta sangat penting
Peserta berkontribusi sedikit pengalaman

Perbandingan berdasarkan Asumsi pada Pedagogi dan Andragogi
Pedagogi :
1.      Aspek konsep peserta didik : Peran pembelajar, secara definisi sebagai seseorang yang memiliki ketergantungan. Guru dituntut oleh masyarakat untuk bertanggung jawab secara penuh untuk menentukan apa yang dipelajari, kapan materi tersebut dipelajari, bagaimana materi tersebut dipelajari, dan apakah materi itu telah selesai dipelajari.
2.      Aspek peran pengalaman peserta didik: Pengalaman peserta didik yang dibawa pada situasi pembelajaran bernilai sedikit. Pengalaman tersebut dapat digunakan sebagai titik awal, tetapi pengalaman yang didapat peserta hampir semuanya berasal dari guru, buku, media pembelajaran, dan ahli-ahli yang lain. Dengan demikian, teknik utama dalam pendidikan adalah menggunakan teknik pengiriman, tugas membaca, dan presentasi menggunakan audio visual.
3.      Aspek kesiapan untuk belajar : Orang siap untuk belajar ketika masyarakat (terutama sekolah) berkata mereka harus belajar, dengan memberikan tekanan yang besar kepada mereka (seperti ketakutan dan kegagalan). Kebanyakan orang pada usia yang sama siap untuk mempelajari sesuatu yang sama. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran harus diorganisir menjadi kurikulum standar, dengan setiap langkah yang seragam untuk semua peserta didik.
4.      Aspek orientasi untuk belajar : Peserta didik melihat pendidikan sebagai suatu proses mendapatkan isi mata pelajaran, dan hampir semua yang mereka pahami hanya akan berguna pada kehidupan masa depannya. Dengan demikian, kurikulum harus disusun menjadi unit-unit mata pelajaran yang mengikuti kelogisan materi (mis: dari sejarah kuno ke modern, sederhana menjadi kompleks). Peserta didik menjadi pusat perhatian dalam orientasi untuk belajar.
5.      Aspek perspektif waktu : Aplikasi ditunda.
6.      Aspek klim belajar: Berorientasi otoritas, resmi, dan kompetitif.
7.      Aspek perencanaan : Oleh guru.
8.      Aspek perumusan tujuan : Oleh guru.
9.      Aspek desain : Logika materi, pelajaran, unit konten.
10.  Aspek kegiatan : Teknik pelayanan.
11.  Aspek evaluasi : Oleh guru.
Andragogi :
1.      Aspek konsep peserta didik : Merupakan suatu aspek yang normal dalam proses pendewasaan seseorang untuk beralih dari ketergantungan terhadap diri yang diarahkan, tetapi pada tingkat yang berbeda untuk orang-orang yang bebeda dalam dimensi kehidupan yang berbeda. Guru mempunyai tanggung jawab untuk mendorong dan gerakan ini. Orang dewasa memiliki kebutuhan psikologis untuk mendiri, walaupun mereka masih memiliki ketergantungan dalam situasi khusus yang temporer.
2.      Aspek peran pengalaman peserta didik : Karena manusia tumbuh dan mengembangkan, mereka mengakumulasikan pengalaman yang menjadi sumber daya yang kaya untuk belajar, baik untuk diri mereka sendiri dan untuk orang lain. Selanjutnya, orang dewasa akan memberikan arti lebih pada pada pembelajaran yang didapat dari pengalaman daripada pembelajaran yang didapat secara pasif. Dengan demikian, teknik utama dalam pembelajaran adalah dengan teknik eksperensial seperti eksperimen di laboratorium, diskusi, pemecahan masalah kasuskasus, latihan simulasi, pengalaman lapangan, dan sejenisnya.
3.      Aspek kesiapan untuk belajar : Orang siap untuk belajar sesuatu ketika mereka mengalami kebutuhan untuk belajar sesuatu tersebut untuk mengatasi tugastugas atau permasalahan di dunia nyata dengan baik. Pendidik mempunyai tanggung jawabuntuk menciptakan kondisi dan menyediakan alat dan berbagai prosedur untuk membantu peserta didik untuk dapat menemukan “apa yang mereka butuhkan untuk tahu”, dan program pembelajaran harus disusun pada wilayah kategori dan sekuen aplikasi kehidupan berdasarhkan kesiapan peserta didik untuk belajar.
4.      Aspek orientasi untuk belajar : Peserta didik memandang pendidikan sebagai suatu proses pengembangan peningkatan kompetensi untuk mencapai potensi penuh mereka dalam kehidupan. Mereka memiliki keinginan untuk dapat mengaplikasikan apapun pengetahuan atau keterampilan yang mereka dapatkan sekarang untuk dapat hidup lebih baik keeseokan harinya. Dengan demikian, pengalaman belajar harus disusun pada sekitar wilayah kategori pengembangan kompetensi. Peserta didik merupakan pusat performa dalam orientasi untuk belajar.
5.      Aspek perspektif waktu : Kecepatan aplikasi
6.      Aspek iklim belajar : Mutualitas/pemberian pertolongan, rasa hormat, kolaborasi, dan informal.
7.      Aspek perencanaan : Reksa (mutual) diagnosis diri.
8.      Aspek perumusan tujuan : Reksa negosiasi.
9.      Aspek desain : Diurutkan dalam hal kesiapan unit masalah.
10.  Aspek kegiatan : Teknik pengalaman (penyelidikan).
11.  Aspek evaluasi : Reksa diagnosis kebutuhan dan reksa program pengukuran.



Posted on by tyaputriliebe.blogspot.com | No comments

RESUME 5 MATERI PSIKOLOGI PENDIDIKAN SETELAH UTS


BIMBINGAN DAN KONSELING
      Bimbingan dan konseling terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada siswa dalam upaya mencapai perkembangan yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungan.
Pengertian Bimbingan dan Konseling
·         Bimbingan merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada peserta didik dalam mencapai perkembangan optimal yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar.
·         Konseling merupakan layanan utama bimbingan dalam upaya membantu individu agar mampu mengembangkan diri dan mengatasi masalah melalui hubungan tatap muka atau melalui media, baik secara perorangan maupun kelompok.

Pengertian Bimbingan dan Konseling menurut tokoh
·         Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
·         Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.

Bimbingan dan Konseling adalah proses interaksi antara konselordengan konseli baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka untuk membantu konseli agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau pun memecahkan permasalahan yang dialaminya.   Bimbingan dan Konseling juga dapat didefinisikan sebagai upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor untuk memfasilitasi perkembangan konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya.
Ragam bimbingan menurut masalah
v  Bimbingan akademik.
v  Bimbingan sosial pribadi.
v  Bimbingan karir.

Bimbingan Akademik
Diarahkan  untuk membantu individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah akademik : Pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaian tugas dan latihan, dan pencarian dan penggunaan sumber belajar.

Bimbingan Sosial Pribadi
Membantu siswa memecahkan masalah sosial pribadi : Hubungan sesama teman, hubungan dengan guru dan staf, pemahaman sifat, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat, serta penyelesaian konflik.

Bimbingan Karis
Membantu individu dlm perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah karir :
   - Pemahaman terhadap jabatan, tugas kerja.
   - Pemahaman kondisi dan kemampuan diri.
   - Pemahaman kondisi lingkungan.
   - Perencanaan dan pengembangan karir.
   - Penyesuaian pekerjaan.
   - Pemecahan masalah karir yang dihadapi.
Tujuan Bimbingan
ü  Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan masyarakat
ü  Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin
ü  Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan
ü  Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerja.
Fungsi Bimbingan
ü  Pemahaman, membantu siswa memahami potensi yang dimilikinya.
ü  Preventif, mengantisipasi masalah dan berusaha mencegahnya.
ü  Pengembangan, berupaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
ü  Perbaikan (penyembuhan), membantu siswa yang telah memiliki masalah.
ü  Penyaluran, membantu siswa memilih kegiatan pemantapan penguasaan karir.
ü  Adaptasi, memilih metode pendidikan sesuai dengan kemampuan individu.
ü  Penyesuaian, membantu siswa menyesuaikan diri dengan program pendidikan
Prinsip-prinsip Bimbingan
ü  Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu baik bermasalah maupun tidak,
ü  Bimbingan bersifat individualisasi yang memandang setiap individu itu unik,
ü  Bimbingan menekankan hal yang positif yang membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri,
ü  Bimbingan merupakan usaha bersama dimana konselor, guru-guru dan kepala sekolah saling bekerjasama,
ü  Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan,
ü  Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan dimana bimbingan tidak hanya dapat berlangsung di sekolah.
Jenis Layanan Bimbingan
ü  Pelayanan pengumpulan data tentang siswa dan lingkungannya sbg usaha utk mengetahui diri individu seluas-luasnya & latar belakang lingkungannya.
ü  Penyajian informasi yang menyajikan informasi mengenai berbagai aspek kehidupan yang diperlukan individu.  Orientasi/Orientation (Cara belajar, ergaulan., Artikulasi (Articulation – khusus untuk calon siswa), dll.  
ü  Konseling merupakan layanan terpenting dalam program bimbingan yang memfasilitasi individu memperoleh bantuan pribadi secara langsung.
ü  Penempatan (Placement) dan  Tindak lanjut (Follow-up – khusus untuk alumni): pilihan kegiatan ekstrakurikuler, pilihan program studi, pilihan sekolah lanjutan, tindak lanjut., dll.
ü  Konsultasi(Consultation)
a.       Dengan petugas administrasi sekolah.
b.      Dengan staf pengajar.
c.        Dengan orangtua siswa – secara
      individual atau dalam bentuk pertemuan
      dengan para orangtua.
ü  Penilaian dan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tujuan apa saja yang telah dicapai dari program yang  dilaksanakan.

Asas Bimbingan dan Konseling
Rahasia, sukarela, terbuka, kegiatan, mandiri, kini, dinamis, terpadu, harmonis, ahli (menggunakan kaidah-kaidah profesional), ahli tangani kasus (memberikan kepada yang lebih ahli), dan tut wuri handayani (mengayomi). Penjelasan mengenai asas-asas tersebut yaitu, sebagai berikut:
1.      Asas Kerahasiaan
Asas Kerahasiaan adalah asas yang menuntut konselor merahasiakan data atau informasi yang diberikan konseli agar tidak diketahui orang lain dan data atau informasi hanya boleh disebarluaskan berdasarkan persetujuan konseli yang dapat dipertanggungjawabkan.Asas Kesukarelaan
Asas Kesukarelaan adalah asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan antara konselor dengan konseli dalam mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan.
2.      Asas Keterbukaan
Asas Keterbukaan adalah asas yang menghendaki agar konselor dan konseli bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan maupun dalam menerima berbagai informasi dari luar yang berguna bagi pengembangandirinya.
3.      Asas Kegiatan
Asas Kegiatan adalah asas menghendaki agar konselor dan konseli berpartisipasi aktif dalam rangkaian kegiatan dalam layanan bimbingan dan konseling.
4.      Asas Kemandirian
Asas Kemandirian adalah asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu konseli diharapkan menjadi mandiri secara pribadi, sosial, belajar, dan karier, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri.
5.      Asas Kekinian
Asas Kekinian adalah asas yang menghendaki permasalahan yang dihadapi konseli terjadi saat sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat konseli pada saat sekarang.
6.      Asas Kedinamisan
Asas Kedinamisan adalah asas yang menghendaki agar isi layanan hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
7.      Asas Keterpaduan
Asas Keterpaduan adalah asas yang menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan dapat saling menunjang, harmonis, dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama atau kolaborasi dengan berbagai pihak yang terkait menjadi perlu dilaksanakan.
8.      Asas Kenormatifan
Asas Kenormatifan adalah asas yang menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma yang berlaku.
9.      Asas Keahlian
Asas Keahlian adalah asas yang menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, konselor atau pihak yang dipercaya memberikan layanan hendaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas konselor harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
10.  Asas Alih Tangan Kasus
Asas Alih Tangan Kasus adalah asas yang menghendaki agar konselor yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Konselor dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya konselor, dapat mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.
11.  Asas Tut Wuri Handayani
Asas Tut Wuri Handayani merupakan asas yang diadopsi dari nilai-nilai pendidikan Ki Hajar Dewantara. Asas Tut Wuri Handayani adalah asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada konseli untuk berkembang maju sesuai dengan potensi yang dimiliki konseli.

Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Muro dan Kottman (1995) mengemukakan bahwa struktur program
bimbingan dan konseling komprehensif diklasifikasikan ke dalam
empat jenis layanan:
1.      Layanan dasar bimbingan yang diberikan melalui kegiatan kelas
      atau di luar kelas dalam membantu siswa mengembangkan
      potensi secara optimal.
2.      Layanan responsif yang diberikan kepada siswa yang memiliki
      masalah yang memerlukan bantuan dengan segera.
3.      Layanan perencanaan individual yang diberikan kepada semua
      siswa agar dapat membuat perencanaan masa depan.
4.      Dukungan sistem yang memberikan dukungan kepada guru
       pembimbing dalam memperlancar penyelenggaraan ketiga
       program layanan di atas.
Pendekatan Bimbingan
Ø  Pendekatan Krisis, membantu individu yang datang sesuai dengan masalah yang dihadapinya dengan lebih menggunakan pendekatan psikoanalisa.
Ø  Pendekatan Remedial, membantu memperbaiki kesulitan dan kelemahan individu dengan lebih menggunakan pendekatan behavioristik.
Ø  Pendekatan Preventif, mengajarkan pengetahuan dan keterampilam untuk mencegah dan mengantisipasi masalah.
Ø  Pendekatan Perkembangan, menggunakan teknik pembelajaran, pertukaran informasi, bermain peran, tutorial, dan konseling.
Kualitas Pribadi Konselor
Karakteristik kualitas pribadi konselor: Pemahaman diri (mengetahui masalah yg harus diselesaikan), kompeten, kesehatan psikologis, dapat dipercaya, jujur, kekuatan (agar klien merasa aman), bersikap hangat, active responsiveness (bersifat dinamis), sabar, kepekaan (menyadari  masalah yg tersembunyi pada klien), dan kesadaran holistic (memahami klien secara utuh).


Posted on by tyaputriliebe.blogspot.com | No comments