PEDAGOGI DAN ANDRAGOGI
Ø Pedagogi.
Kata pedagogi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu Paidagogeo ; pais (anak),
agi (membimbing). Secara literal
berarti “membimbing anak”. Jadi, Pedagogi merupakan ilmu atau seni dalam
menjadi seorang guru atau ilmu/seni untuk mengajar anak-anak. Istilah ini
merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran.
Ø Andragogi.
Kata Andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883.
Andragogi berasal dari bahasa Yunani yaitu Andra
yang berarti orang dewasa, dan Agogos
yang berarti memimpin. Jadi, Andragogi merujuk pada ilmu atau seni mendidik
orang dewasa.
Penerapan pedagogi
dalam pembelajaran pendidikan kesetaraan merujuk pada Soetarlinah (1993) dan
Lunandi (1987) membelajarkan anak (pedagogi) lebih banyak upaya mentransmisikan
sejumlah pengalaman dan keterampilan dalam rangka mempersiapkan anak untuk
menghadapi kehidupan di masa depan. Objek yang ditransmisikan di dasarkan
pertimbangan peserta didik sendiri, apakah hal tersebut akan bermanfaat bagi
peserta didik di masa mendatang (Soetarlinah, 1993).
Meminjam
istilah Rogers dalam Knowles (1970), kegiatan pembelajaran andragogi pada
pendidikan luar sekolah bertujuan mengantarkan individu untuk menjadi pribadi
atau menemukan jati dirinya. Belajar merupakan process of becoming a person. Bukan proses pembentukan
atau process of being shaped, yaitu proses pengendalian dan manipulasi untuk
sesuai dengan orang lain. Menurut Maslow (1966), belajar merupakan proses untuk
mencapai aktualisasi diri (self-actualization).
Andragogi merupakan pembelajaran yang
berfokus pada peserta, yang apabila dibandingkan dengan
pedagogi yang berfokus pada guru. Lebih lanjut lagi, berdasarkan sumber
tersebut, perbedaan mendasar antara andragogi apabila dikaitkan dengan pedagogi
adalah berdasarkan asumsi bahwa peserta didik yang lebih tua dan/atau matang
sebagai klien menekankan pada pengetahuan dan keterampilan yang relevan, dimana
peran pengajar lebih kepada mendukung pembelajaran daripada mengajar atau
dengan kata lain, pedagogi dapat dianggap sebagai pembelajaran di kampus, sedangkan
Andragogi
dapat diartikan sebagai pembelajaran terbuka di luar kampus. Dari pernyataan mengenai peserta didik yang
lebih tua dan/atau matang dalam andragogi, tentunya akan memunculkan
pertanyaan, apakah yang dimaksud dengan peserta didik yang lebih tua dan/atau
matang tersebut. Lindeman dalam Peterson & Ray (2013) kemudian
mendefinisikan ciri-ciri pembelajar dewasa, yaitu mengikuti kegiatan belajar
secara sukarela, menghargai manfaat intrinsik pembelajaran, dan belajar
berdasarkan kebutuhan dan permasalahan mereka dibandingkan dengan berfokus pada
subjek tertentu, dan sebagai tambahan, Lindeman menyatakan bahwa pembelajar
dewasa berkembang dengan pembelajaran kolaboratif dan pengalaman hidup mereka
berkontribusi pada proses pembelajaran.
v Perbedaan
mendasar antara pedagogi dan andragogi adalah dalam konteks pedagogi, pendidikan
atau belajar adalah mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, sedangkan
dalam andragogi lebih menekankan kepada menumbuhkan dorongan dan minat untuk
belajar secara mandiri.
No
|
Andragogi
|
Pedagogi
|
1
|
Pembelajar disebut
“peserta didik”/ “warga didik”
|
Pembelajar disebut
“siswa”/ “naka didik”
|
2
|
Gaya belajar independen
|
Gaya belajar dependen
|
3
|
Tujuan fleksibel
|
Tujuan ditentukan
sebelumnya
|
4
|
Menggunakan metode
pelatihan aktif
|
Metode pelatihan pasif,
seperti metode ceramah.
|
5
|
Pembelajaran
mempengaruhi waktu dan kecepatan
|
Guru mengontrol waktu
dan kecepatan
|
6
|
Belajar berpusat pada
masalah kehidupan nyata
|
Belajar berpusat
padaisu atau pengetahuan teoritis
|
7
|
Peserta dianggap
sebagai sumberdaya utama untuk ide-ide dan contoh
|
Guru sebagai sumber
utama yang memberikan ide-ide dan contoh
|
8
|
Diasumsikan bahwa
peserta didik memiliki pengalaman untuk berkontribusi
|
Diasumsikan bahwa siswa
tidak berpengalaman dan/atau kurang informasi
|
9
|
Keterlibatan atau
kontribusi peserta sangat penting
|
Peserta berkontribusi
sedikit pengalaman
|
Perbandingan
berdasarkan Asumsi pada Pedagogi dan Andragogi
Pedagogi
:
1.
Aspek konsep peserta didik : Peran pembelajar,
secara definisi sebagai seseorang yang memiliki ketergantungan. Guru dituntut
oleh masyarakat untuk bertanggung jawab secara penuh untuk
menentukan apa yang dipelajari, kapan materi tersebut dipelajari, bagaimana
materi tersebut dipelajari, dan apakah materi itu telah selesai dipelajari.
2.
Aspek peran pengalaman peserta didik: Pengalaman
peserta didik yang dibawa pada situasi pembelajaran bernilai sedikit.
Pengalaman tersebut dapat digunakan sebagai titik awal, tetapi pengalaman yang
didapat peserta hampir semuanya berasal dari guru, buku, media pembelajaran,
dan ahli-ahli yang lain. Dengan demikian, teknik utama dalam pendidikan adalah
menggunakan teknik pengiriman, tugas membaca, dan presentasi menggunakan audio
visual.
3.
Aspek kesiapan untuk belajar : Orang siap
untuk belajar ketika masyarakat (terutama sekolah) berkata mereka harus
belajar, dengan memberikan tekanan yang besar kepada mereka (seperti ketakutan
dan kegagalan). Kebanyakan orang pada usia yang sama siap untuk mempelajari
sesuatu yang sama. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran harus diorganisir
menjadi kurikulum standar, dengan setiap langkah yang seragam untuk semua
peserta didik.
4.
Aspek orientasi untuk belajar : Peserta
didik melihat pendidikan sebagai suatu proses mendapatkan isi mata pelajaran,
dan hampir semua yang mereka pahami hanya akan berguna pada kehidupan masa
depannya. Dengan demikian, kurikulum harus disusun menjadi unit-unit mata
pelajaran yang mengikuti kelogisan materi (mis: dari sejarah kuno ke modern,
sederhana menjadi kompleks). Peserta didik menjadi pusat perhatian dalam
orientasi untuk belajar.
5.
Aspek perspektif waktu : Aplikasi ditunda.
6.
Aspek klim belajar: Berorientasi otoritas,
resmi, dan kompetitif.
7.
Aspek perencanaan : Oleh guru.
8.
Aspek perumusan tujuan : Oleh guru.
9.
Aspek desain : Logika materi, pelajaran,
unit konten.
10.
Aspek kegiatan : Teknik pelayanan.
11.
Aspek evaluasi : Oleh guru.
Andragogi
:
1.
Aspek konsep peserta didik : Merupakan
suatu aspek yang normal dalam proses pendewasaan seseorang untuk beralih dari
ketergantungan terhadap diri yang diarahkan, tetapi pada
tingkat yang berbeda untuk orang-orang yang bebeda dalam dimensi kehidupan yang
berbeda. Guru mempunyai tanggung jawab untuk mendorong dan gerakan ini. Orang
dewasa memiliki kebutuhan psikologis untuk mendiri, walaupun mereka masih
memiliki ketergantungan dalam situasi khusus yang temporer.
2.
Aspek peran pengalaman peserta didik :
Karena manusia tumbuh dan mengembangkan, mereka mengakumulasikan pengalaman
yang menjadi sumber daya yang kaya untuk belajar, baik untuk diri mereka
sendiri dan untuk orang lain. Selanjutnya, orang dewasa akan memberikan arti
lebih pada pada pembelajaran yang didapat dari pengalaman daripada pembelajaran
yang didapat secara pasif. Dengan demikian, teknik utama dalam pembelajaran
adalah dengan teknik eksperensial seperti eksperimen di laboratorium, diskusi,
pemecahan masalah kasuskasus, latihan simulasi, pengalaman lapangan, dan
sejenisnya.
3.
Aspek kesiapan untuk belajar : Orang siap untuk
belajar sesuatu ketika mereka mengalami kebutuhan untuk belajar sesuatu
tersebut untuk mengatasi tugastugas atau permasalahan di dunia nyata dengan
baik. Pendidik mempunyai tanggung jawabuntuk menciptakan kondisi dan
menyediakan alat dan berbagai prosedur untuk membantu peserta didik untuk dapat
menemukan “apa yang mereka butuhkan untuk tahu”, dan program pembelajaran harus
disusun pada wilayah kategori dan sekuen aplikasi kehidupan berdasarhkan
kesiapan peserta didik untuk belajar.
4.
Aspek orientasi untuk belajar : Peserta
didik memandang pendidikan sebagai suatu proses pengembangan peningkatan
kompetensi untuk mencapai potensi penuh mereka dalam kehidupan. Mereka memiliki
keinginan untuk dapat mengaplikasikan apapun pengetahuan atau keterampilan yang
mereka dapatkan sekarang untuk dapat hidup lebih baik keeseokan harinya. Dengan
demikian, pengalaman belajar harus disusun pada sekitar wilayah kategori
pengembangan kompetensi. Peserta didik merupakan pusat performa dalam orientasi
untuk belajar.
5.
Aspek perspektif waktu : Kecepatan aplikasi
6.
Aspek iklim belajar : Mutualitas/pemberian
pertolongan, rasa hormat, kolaborasi, dan informal.
7.
Aspek perencanaan : Reksa (mutual)
diagnosis diri.
8.
Aspek perumusan tujuan : Reksa negosiasi.
9.
Aspek desain : Diurutkan dalam hal
kesiapan unit masalah.
10.
Aspek kegiatan : Teknik pengalaman
(penyelidikan).
11.
Aspek evaluasi : Reksa diagnosis kebutuhan
dan reksa program pengukuran.
0 komentar:
Posting Komentar