Jumat, 31 Maret 2017

RESUME 3 MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN: motivasi dan proses kognitif


RESUME 3 MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

MOTIVASI DAN PROSES KOGNITIF

Apa Motivasi itu?

Motivasi adalah proses yang memberi semnagat, arah, dan keigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Motivasi merupakan aspek yang sangat penting di dalam pengajaran dan komponen utama dari prinsip psikologi learned center (Murid lah yang paling berperan aktif di dalam proses belajar mengajar, dan guru sebagai pemberi motivasi untuk murid agar lebih aktif).

            Ada sebuah cerita tentang seseorang yang mendapakan motivasi dari dalam dirinya, yaitu Terry Fox. Ketika Terry Fox masuk rumah sakit karena kanker, dia berkata kepada dirinya sendiri bahwa jika dia bisa bertahan hidup maka dia akan melakukan sesuatu untuk membantu mendanai riset kanker. Tindakan Terry Fox ini dilakukannya dengan semangat, punya arah (tujuam) dan gigih (bertahan lama).



            Kisah Tery Fox digambarkan dalam film The Power of Purpose. Seorang guru grade enam memperlihatkan film itu kepada anak-anak didiknya dan meminta muridnya untuk menulis apa yang mereka pelajari dari film tersebut. Seorang murid menulis, “Saya mempelajari bahwa jika sesuatu yang buruk terjadi pada Anda, Anda harus terus maju, terus mencoba. Bahkan jika tubuh Anda sakit, semangat Anda tidak boleh lenyap.”

            Dari kisah tersebut, motivasi murid di kelas berkaitan dengan alasan di balik perilaku murid dan sejauh mana perilaku mereka diberi semangat, punya arah dan dipertahankan dalam jangka lama. Misal, jika seorang murid berusaha keras untuk memecahkan soal matematika sampai tuntas, maka dia mempunyai motivasi yang besar.



Perspektif tentang Motivasi

§  Perspektif Behavioral. Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid. Insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat. Insentif yang dipakai guru di kelas antara lain: memberikan berupa pujian, tanda bintang, sertifikat prestasi, memberi penghargaan atau pengakuan kepadamurid karena mengerjakan sesuatu dengan bagus, mendapat nilai bagus, dan hal sebagainya. Tipe insentif lain difokuskan pada pemberian izin kepada murid untuk melakukan sesuatu yang spesial, seperti aktivas yang mereka inginkan, sebagai ganjaran atas hasil mereka yang baik.

§  Perspektif Humanistis. Perspektif humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas positif (seperti peka terhadap orang lain). Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Jadi menurut hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut:

1.      Fisiologis: lapar, haus, tidur;

2.      Keamanan (safety): bertahan hidup, seperti perlindungan dari perang dan kejahatan;

3.      Cinta dan rasa memiliki: keamanan (security), kasih saying, dan perhatian dari orang lain;

4.      Harga diri: menghargai diri sendiri;

5.      Aktualisasi diri: realisasi potensi diri.

Aktualisasi diri, kebutuhan yang tertinggi dan sulit dalam hierarki Maslow, diberi perhatian khusus. Aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia. Menurut Maslow, aktualisasi diri dimungkinkan hanya setealah kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi. Maslow memperingatkan bahwa kebanyakan orang berhenti menjadi dewasa setelah mereka mengembangkan level harga diri yang tinggi dan karenanya tak pernah sampai ke aktualisasi diri.

§  Perspektif Kognitif. Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Belakangan ini muncul minat besar pada motivasi menurut perspektif kognitif. Minat ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan, terutama persepsi bahwa usaha adalah faktor penting dalam prestasi), dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif.

Jadi, perspektif behavioris memandang motivasi murid sebagai konsekuensi dari insentif eksternal, sedangkan perspektif kognitif berpendapat bahwa tekanan eksternal seharusnya tidak dilebih-lebihkan.

Perspektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan R.W.White (1959), yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni  ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien. White mengatakan bahwa orang melakukan hal-hal tersebut bukan karena kebutuhan biologis, tetapi karena orang punya motivasi internal untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.

§  Perspektif Sosial. Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru. Murid sekolah yang punya hubungan yang penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang bersekolah. Dalam sebuah studi berskala luas, salah satu faktor terpenting dalam motivasi dan prestasi murid adalah persepsi mereka mengenai apakah hubungan mereka dengan guru bersifat positif atau tidak.



Motivasi Untuk Meraih Sesuatu

Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik

Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan segala sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Persepektif behavioral menekankan arti penting dari motivasi ekstrinsik dalam prestasi ini, sedangkan pendekatan kognitif dan humanistis lebih menekankan pada arti penting dari motivasi intrinsic dalam prestasi.

Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu. Murid termotivasi untuk belajar saat mereka diberi pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang mengandung nilai informasional tetapi bukan dipakai untuk control. Pujian juga bisa memperkuat motivasi intrinsic murid.



Determinasi Diri dan Pilihan Personal. Salah satu pandangan tentang motivasi intrinsic menekankan pada determinasi diri. Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Para periset menemukan bahwa motivasi internal dan minat intrinsic dalam tugas sekolah naik apabila murid punya pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran mereka.
Posted on by tyaputriliebe.blogspot.com | No comments

0 komentar:

Posting Komentar